Kamis, 03 Oktober 2013

Jalan-Jalan ke Istana Bogor


Jika mendengar kata istana, tentu yang terbayang adalah suatu bangunan megah dengan arsitektur menawan, hamparan rumput nan hijau dengan beragam tanaman teduh yang semakin mempercantik lokasi istana. Begitulah kesan yang saya dapatkan ketika mengunjungi Istana Bogor (16/5) bersama ibu-ibu anggota WKRI Cabang St. Monika, BSD.

Pukul 7.00 pagi kami berangkat naik bis menuju ‘kota hujan’ Bogor. Cuaca cerah sangat mendukung suasana hati yang ceria. Sepanjang perjalanan (setelah berdoa mohon keselamatan), kami ramai-ramai bernyanyi dan bermain tebak-tebakan. Jarak tempuh yang memakan waktu dua jam pun tak terasa. Tahu-tahu kami sudah berada di lokasi dan disambut oleh seorang tour guide (namanya siapa?) yang telah siap mengajak  semua ibu WKRI St. Monika untuk berkeliling mengenal lebih jauh Istana Bogor.

Beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No.1 Kota Bogor, istana ini memiliki luas lahan serta bangunan sekitar 28,86 hektar dengan jarak tempuh sekitar 60 km dari Ibu Kota Jakarta. Istana Bogor dibangun tahun 1745 pada masa pemerintahan Gubenur Jendral Baron Van Imhofl dengan diberi nama Istana Buitenzorg (yang maknanya adalah ‘bebas dari masalah/kesulitan’). Sketsa bangunan mencontoh gaya arsitektur Istana Blenheim di Inggris. Istana Buitenzorg pernah mengalami kerusakan pada masa perang Banten (1750-1754).

 Setelah perang usai, istana diperbaiki lagi oleh Gubenur Baron. Pembangunan Istana Bogor diperluas lagi pada pemerintahan Gubenur Daendels (1808). Dengan menambah lebar bangunan sayap kiri maupun sayap kanan dan gedung induk utama dibangun menjadi dua lantai. Di tengah gedung induk utama berdiri megah sebuah kubah (dome), bahkan lahan di sekitar istana lalu berkembang menjadi Kebun Raya yang sekaligus berfungsi sebagai riset ilmu Botani (diresmikan 18 Mei 1817). Sempat terkena gempa bumi (1834), bangunan istana yang mengalami kerusakan parah dirobohkan lalu dibangun kembali menjadi bangunan satu lantai (1851) dengan mengambil desain arsitektur Eropa Abad IX.

 Istana diserahkan kepada Jendral Imamura pada masa pendudukan Jepang (1942). Saat itu tercatat sekitar 44 orang gubenur Belanda pernah tinggal di Istana Bogor.Akhirnya setelah merdeka, istana diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. Istana Bogor  menjadi Kantor Urusan Kepresidenan,sekaligus sebagai kediaman resmi Presiden Republik Indonesia pada tahun 1949.

 
Usai sudah perjalanan keliling Istana Kepresidenan Bogor. Tak lupa para ibu mampir ke toko cenderamata istana untuk membeli suvenir khas istana, antara lain magnet kulkas, kaos, patung dan mug. Acara berbelanja tak lengkap rasanya jika tidak mampir ke Tajur untuk berburu tas dengan harga ‘meriah’ terjangkau. Tak luput penganan khas Bogor; roti unyil, dan asinan.Wah, tentengan belanjaan sarat di tangan kanan dan kiri! Bus meluncur pulang ke BSD, tak kalah heboh diiringi nyanyian dan games. Puji syukur kepada Tuhan untuk kebersamaan yang indah …. (Yetty A. /Foto : Yetty A.)

Tidak ada komentar: