Minggu, 25 Mei 2014


Kegembiraan bersama dalam Perayaan Paskah Lansia


Sabtu pagi, 26 April 2014 adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh oma dan opa, umat paroki St. Monika.  Hari itu secara khusus mereka semua berkumpul di Gereja St. Ambrosius untuk merayakan Paskah bersama.  Persiapan telah dilakukan sejak sekitar 2 bulan yang lalu oleh panitia pelaksana yang ditunjuk yaitu WKRI ranting Kornelius.  Sekitar 60 orang ibu-ibu WKRI saling bekerja sama ingin memberikan pelayanan dan perhatian yang terbaik untuk oma dan opa.





Pukul 08.00 pagi yang cerah, oma dan opa mulai berdatangan. Dengan senyuman dan sapaan ramah para petugas, yang berseragam merah menyala, menyambut kehadiran oma dan opa.  Sebanyak 624 orang lansia, termasuk pendamping, telah didaftarkan melalui ketua lingkungan masing-masing untuk mengikuti perayaan paskah lansia.  Setelah mencocokkan dengan daftar nama yang telah disiapkan panitia, opa dan oma mendapat pita hijau sedangkan pendampingnya mendapatkan pita merah, untuk ditukarkan dengan goody bag menarik di akhir acara.
Tak hanya ibu-ibu WKRI yang sibuk melayani,  Pastur Lukas Sulaeman OSC, Pak Lokita dan Pak Eddy, perwakilan dari Dewan Paroki St. Monika juga turut terpanggil untuk menyambut kehadiran oma dan opa.  


“Ada 5 hal kalau mau bahagia dalam hidup yaitu menjalankan doa dengan baik, tidur yang cukup, makan dan minum cukup, cukup main juga,” ujar pastur Lukas.  “Hidup tidak ditentukan oleh panjangnya usia tetapi bagaimana mengisi hidup ini dengan tetap melayani sehingga bertambah banyak usia, bertambah bijaksana.  Meski usia telah lanjut, tetaplah melayani, tidak ada istilah pensiun dalam melayani,” lanjut pastur Lukas.  Beliau memberi contoh salah seorang anggota koor yang telah sepuh.  Berkaitan dengan bacaan Injil, peristiwa paskah adalah peristiwa yang membangkitkan semangat baru, menjadi manusia baru terus-menerus, kalo jatuh, harus bangun kembali, dan bisa memberikan semangat kepada yang lain. 

Pastur Lukas memberikan ilustrasi tentang patung Maria Magdalena yang berdiri tegak, tangan terentang yang siap merangkul, dan kepala yang sedikit tertunduk.  Patung itu melukiskan secara tepat sikap dari saksi kebangkitan Tuhan.  Posisi berdiri tegak adalah tanda bahwa ia sudah “melihat Tuhan yang bangkit”.  Tangan yang terentang menjadi symbol orang yang mau merangkul dunia (mau menjadi berkat bagi dunia lewat kasih, kebaikan, kemurahan hati, dll).  Lalu kepala yang sedikit tertunduk adalah sikap hormat, tanda kerendahan hati.  Juga sikap orang yang sudah mengalami pengalaman mistik, berjumpa dengan Tuhan yang bangkit. Diakhir kotbahnya, pastur Lukas mengatakan,”semoga kita tetap berjuang menjadi saksi-saksi Kristus sepanjang hidup”.

Seusai misa, acara berlanjut dengan acara hiburan bersama.  Sekitar pukul 10.45, para oma dan opa serta pendamping memasuki aula yang terletak di lantai bawah gereja.  Dikawal oleh MC ibu Serafin dan ibu Yanti, acara hiburan berlangsung cukup seru.  Kata-kata sambutan dari pak Lokita, ketua Dewan Paroki;  ibu Erna sebagai ketua WKRI cabang St. Monika, pak Yoseph sebagai ketua Lansia Paroki dan ibu Nofijanti sebagai ketua panitia pelaksana perayaan paskah lansia mengawali acara kebersamaan siang itu.


Yang mengejutkankan lagi adalah kehadiran seorang opa yang berusia 102 tahun. Namanya opa Yusuf.  Opa berjalan menuju panggung untuk menerima hadiah kenang-kenangan panitia dan tak ketinggalan jepretan kamera di sana sini, mengabadikan opa yang lanjut usia ini.

Banyak oma dan opa yang tetap bertahan hingga acara lucky draw, sebagai penutup acara, selesai sekitar pukul 12 siang. 

Penulis sempat menghampiri pak Yoseph, ketua Lansia Paroki, dan beliau memberi komentar bahwa seluruh rangkaian acara berlangsung baik dan dia  mengucapkan,” Terima kasih kepada ibu-ibu WKRI yang telah membuat acara ini berjalan lancar dan membawa kegembiraan.”  Juga ketika seorang oma berumur 84 tahun ditanya tentang kesan acara Paskah Lansia ini, beliau menjawab, ”Oma merasa senang dengan acara-acara seperti ini.”

Senyum lega menghiasi wajah ibu Nofijanti, sebagai ketua panitia pelaksana paskah lansia, beliau mengungkapkan isi hatinya, ”semula saya kuatir apakah goody bag akan cukup, ternyata persediaan cukup bahkan berlebih sedikit.  Saya mengucapkan terima kasih terutama kepada Tuhan yang sudah turut campur tangan sehingga semua acara dari persiapan sampai puncaknya hari ini dapat berjalan lancar juga kepada semua teman-teman.   Di akhir kata, saya mohon maaf jika ada kata-kata dan perbuatan saya selama saya menjadi ketua panitia ada yang tidak berkenan, semua saya lakukan karena saya ingin memberikan yang terbaik untuk Paskah Lansia ini.”

Tidak ada komentar: