Pelatihan Membuat Tas Mote
17 Mei 2014 di aula St Anna, Gereja St Monika
Pelatihan diadakan oleh Bidang Pendidikan WKRI Cabang St Monika
Minggu, 25 Mei 2014
Kegembiraan
bersama dalam Perayaan Paskah Lansia
Sabtu pagi, 26 April 2014 adalah hari yang
ditunggu-tunggu oleh oma dan opa, umat paroki St. Monika. Hari itu secara khusus mereka semua berkumpul
di Gereja St. Ambrosius untuk merayakan Paskah bersama. Persiapan telah dilakukan sejak sekitar 2
bulan yang lalu oleh panitia pelaksana yang ditunjuk yaitu WKRI ranting Kornelius. Sekitar 60 orang ibu-ibu WKRI saling bekerja
sama ingin memberikan pelayanan dan perhatian yang terbaik untuk oma dan opa.
Pukul 08.00 pagi yang cerah, oma dan opa mulai
berdatangan. Dengan senyuman dan sapaan ramah para petugas, yang berseragam
merah menyala, menyambut kehadiran oma dan opa.
Sebanyak 624 orang lansia, termasuk pendamping, telah didaftarkan
melalui ketua lingkungan masing-masing untuk mengikuti perayaan paskah lansia. Setelah mencocokkan dengan daftar nama yang
telah disiapkan panitia, opa dan oma mendapat pita hijau sedangkan
pendampingnya mendapatkan pita merah, untuk ditukarkan dengan goody bag menarik di akhir acara.
Tak hanya ibu-ibu WKRI yang
sibuk melayani, Pastur Lukas Sulaeman
OSC, Pak Lokita dan Pak Eddy, perwakilan dari Dewan Paroki St. Monika juga
turut terpanggil untuk menyambut kehadiran oma dan opa.
“Ada 5 hal kalau mau bahagia dalam hidup yaitu
menjalankan doa dengan baik, tidur yang cukup, makan dan minum cukup, cukup
main juga,” ujar pastur Lukas. “Hidup
tidak ditentukan oleh panjangnya usia tetapi bagaimana mengisi hidup ini dengan
tetap melayani sehingga bertambah banyak usia, bertambah bijaksana. Meski usia telah lanjut, tetaplah melayani,
tidak ada istilah pensiun dalam melayani,” lanjut pastur Lukas. Beliau memberi contoh salah seorang anggota
koor yang telah sepuh. Berkaitan dengan
bacaan Injil, peristiwa paskah adalah peristiwa yang membangkitkan semangat
baru, menjadi manusia baru terus-menerus, kalo jatuh, harus bangun kembali, dan
bisa memberikan semangat kepada yang lain.
Pastur Lukas memberikan ilustrasi tentang patung Maria
Magdalena yang berdiri tegak, tangan terentang yang siap merangkul, dan kepala
yang sedikit tertunduk. Patung itu
melukiskan secara tepat sikap dari saksi kebangkitan Tuhan. Posisi berdiri tegak adalah tanda bahwa ia
sudah “melihat Tuhan yang bangkit”.
Tangan yang terentang menjadi symbol orang yang mau merangkul dunia (mau
menjadi berkat bagi dunia lewat kasih, kebaikan, kemurahan hati, dll). Lalu kepala yang sedikit tertunduk adalah
sikap hormat, tanda kerendahan hati.
Juga sikap orang yang sudah mengalami pengalaman mistik, berjumpa dengan
Tuhan yang bangkit. Diakhir kotbahnya, pastur Lukas mengatakan,”semoga kita
tetap berjuang menjadi saksi-saksi Kristus sepanjang hidup”.
Seusai misa, acara berlanjut dengan acara hiburan
bersama. Sekitar pukul 10.45, para oma
dan opa serta pendamping memasuki aula yang terletak di lantai bawah
gereja. Dikawal oleh MC ibu Serafin dan
ibu Yanti, acara hiburan berlangsung cukup seru. Kata-kata sambutan dari pak Lokita, ketua
Dewan Paroki; ibu Erna sebagai ketua
WKRI cabang St. Monika, pak Yoseph sebagai ketua Lansia Paroki dan ibu
Nofijanti sebagai ketua panitia pelaksana perayaan paskah lansia mengawali
acara kebersamaan siang itu.
Yang mengejutkankan lagi adalah kehadiran seorang opa
yang berusia 102 tahun. Namanya opa Yusuf.
Opa berjalan menuju panggung untuk menerima hadiah kenang-kenangan
panitia dan tak ketinggalan jepretan kamera di sana sini, mengabadikan opa yang
lanjut usia ini.
Banyak oma dan opa yang tetap bertahan hingga acara lucky draw, sebagai penutup acara, selesai
sekitar pukul 12 siang.
Penulis sempat menghampiri pak Yoseph, ketua Lansia
Paroki, dan beliau memberi komentar bahwa seluruh rangkaian acara berlangsung
baik dan dia mengucapkan,” Terima kasih
kepada ibu-ibu WKRI yang telah membuat acara ini berjalan lancar dan membawa
kegembiraan.” Juga ketika seorang oma
berumur 84 tahun ditanya tentang kesan acara Paskah Lansia ini, beliau menjawab,
”Oma merasa senang dengan acara-acara seperti ini.”
Senyum lega menghiasi wajah ibu Nofijanti, sebagai
ketua panitia pelaksana paskah lansia, beliau mengungkapkan isi hatinya, ”semula
saya kuatir apakah goody bag akan
cukup, ternyata persediaan cukup bahkan berlebih sedikit. Saya mengucapkan terima kasih terutama kepada
Tuhan yang sudah turut campur tangan sehingga semua acara dari persiapan sampai
puncaknya hari ini dapat berjalan lancar juga kepada semua teman-teman. Di akhir kata, saya mohon maaf jika ada
kata-kata dan perbuatan saya selama saya menjadi ketua panitia ada yang tidak
berkenan, semua saya lakukan karena saya ingin memberikan yang terbaik untuk
Paskah Lansia ini.”
Langganan:
Postingan (Atom)